Mendaki Gunung Batur Kintamani - Bali
- Selasa, Desember 15, 2015
- by
- Riz Altaf
Gunung Batur
merupakan sebuah gunung berapi aktif di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli,
Bali, Indonesia.
Kawasan Gunung Batur
terkenal sebagai obyek wisata andalan Kabupaten Bangli. Konon menurut cerita
dalam Lontar Susana Bali, Gunung Batur merupakan puncak dari Gunung Mahameru
yang dipindahkan Batara Pasupati untuik dijadikan Sthana Betari Danuh (istana
Dewi Danu). Pada waktu tertentu, seluruh umat Hindu dari berbagai daerah di
Bali datang ke Batur menghaturkan Suwinih untuk mengusir bencana hama yang
menimpa ladang mereka. Dengan menghantarkan suminih ini maka kawasan gunung
Batur menjadi daerah yang subur.
Daerah yang dapat
ditonjolkan sebagai obyek wisata adalah kawah, kaldera dan danau. Terdapat
aliran air dalam tanah yang mengalirkan air Danau Batur, yang muncul menjadi
mata air di beberapa tempat di Bali dan dianggap sebagai "Tirta Suci"
Wisata budaya yang
terdapat di kawasan Gunung Batur adalah Trunyan. Meskipun seluruh penduduk
Trunyan beragama Hindu seperti umumnya masyarakat Bali, mereka menyatakan bahwa
Hindu Trunyan merupakan Hindu asli warisan kerajaan Majapahit. Di sebelah utara
Trunyan terdapat kuban, sebuah tempat makam desa, namun jenazah tidak
dikuburkan atau dibakar, melainkan diletakkan di bawah pohon setelah dilakukan
upacara kematian yang rumit. Tempat pemakamanan ini dipenuhi oleh
tulang-tulang, dan bisa jadi kita menemukan mayat yang masih baru.
(id.wikipedia.org)
***
- |
Ajakan mendadak dari
teman smp-ku yang sekarang berada di Bali. Akhirnya sesuai kesepakatan, Kami berangkat 8 orang dengan menggunakan 4 motor dari Denpasar Kota. Berangkat
sekitar jam 10 malam, udara mulai terasa dingin. Dan begitupun saat sampai di
kawasan daerah baturnya, kabut beserta angin membuat badan ini menjadi gemigil. Tanganpun terasa kaku selama di
perjalanan.
Sampai di Pos sekitar
pukul 1 dini hari, karena ada salah satu dari kami yang sudah pernah kesini,
maka kami tidak menggunakan jasa Guide untuk mendaki.
Lumayan lama kami menghabiskan waktu di kaki gunung sebelum mendaki. Kami mencari sedikit kayu
bakar, atau apa saja yang bisa dibakar lalu kami membuat api ungun untuk
menghangatkan tubuh kami. Obrolan-obrolan dan candaan ringan menemani kami di
saat itu.
Api Ungun Berhasil Menghangatkan Tubuh Kami |
Awalnya tempat tidak
begitu ramai. Ada hanya sekitar 5 team waktu itu, dan itupun mereka sudah
menuju ke puncak. Sedangkan kami, karena kami mengejar sunrise maka plan kami berangkat sekitar jam 3 dari kaki gunung. Suasana sepi seakan seperti ini
tempat hanya milik kami berdelapan. Tapi ternyata itu tidak berlangsung lama,
karena selang berapa jam, datanglah beberapa mobil dengan plat “L” yang sepertinya dari salah satu universitas
di Surabaya. Acara anak kampus gitulah ceritanya. Alhasil tempat mendadak
menjadi ramai. Wew!!!
***
Tepat jam 3 pagi kami mendaki menuju puncak untuk mengejar sunrise. Medannya bisa dibilang tidak
terlalu susah khususnya untuk pemula. Mungkin masalahnya hanya ada pada di saat
kami berada di pos peristirahatan terakhir, karena dari sana lumayan terjang.
Alhasil mendakinya juga harus merangkak
seperti buaya (sejak kapan buaya mendaki). Dan jalannya juga masih belum
diaspal tanah yang berdebu. Hyuuuhhh.. kotor semua dah ni badan. Haha
Sampai di puncak
sekitar jam 5.30 masih ada waktu untuk menunggu sunrise. Dan sampai puncaknya
ternyata sudah begitu ramai pengunjung….. hyuhhhh jadi pasar dadakan ni.
Beberapa menit kemudian datanglah yang kami tunggu-tunggu. “Sunrise”. Hm… it’s awesome. Matahari memang selalu
indah darimanapun kita melihatnya J
Ramai Pengunjung |
Sunrise |
Selfie Dulu Bolehlah |
It's Me |
Not Me (Monyet aja mendaki >.< ) |
Pulang :) |
Medannya Tanah Berdebu |
:) |
Saling Membantu antara pendaki |
Kita nya klo diganti kami, ky nya lebih bagus yak 😁 imho
BalasHapusTerimakasih uda ngingetin :)
Hapusjalannya lumayan sulit juga ya, apalagi berbedu dan jalan menurun..
BalasHapus